Kamis, 27 November 2014

Mengenal Lebih Dekat Salah Satu Ulama Besar Pada Pemerintahan Arya Wiraraja




Pada zaman pemerintahan Adipati Pertama, Arya Wiraraja di Keraton Sumenep, Madura, Jawa Timur banyak tokoh agama dan ulama besar yang mengabdi dan menyebarkan agama Islam di wilayah Sumenep. Salah satunya, Syehk Mahfudz.
Makam Syehk Mahfudz yang dikenal dengan sebutan Pesarean Gurang-Garing, kini ada di Desa Lombang, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep dan ramai dikunjungi peziarah, baik warga Madura sendiri maupun dari Pulau Jawa. Bahkan, pada hari-hari tertentu banyak peziarah yang bermalam.
Dikutip PortalMadura.Com dari sebuah tulisan Eva Susanti, Mahasiswi UTM Bangkalan menyebutkan, bahwa Syehk Mahfudz menyebarkan ilmunya di daerah Gapura Timur, Kecamatan Gapura, yang lebih dikenal daerah “Lambi Cabih”.
Penamaan Lambi Cabih diberikan langsung oleh Arya Wiraraja yang artinya, “Bibir Pedas”. Cerita dari warga Gapura Timur bermakna bahwa do’a Syehk Mahfudz mustajab atau cepat terkabul oleh Yang Maha Kuasa.
Kalimat tersebut terlontar dari Adipati Arya Wiraraja saat Syehk Mahfudz mampu mengisi air kedalam “Gentong Raksasa” yang ada di halaman belakang Keraton Sumenep. Syehk Mahfudz diperintah mengisi air Gentong Raksasa itu karena menolak titah raja untuk dinobatkan sebagai hakim kerajaan.
Penolakan atas titah tersebut, karena Syehk Mahfudz lebih memilih hidup diluar keraton untuk menyebarkan agama Islam dan tidak tegah meninggalkan santrinya. Atas ijin Yang Maha Kuasa, akhirnya hujan turun yang airnya hanya mengarah pada Gentong Raksasa itu, hingga meluap ke halaman keraton.
Sebutan pesarean Gurang-Garing di Desa Lombang, Kecamatan Batang-Batang, juga tidak lepas dari periswa tersebut. Dari cerita turun-temurun menyebutkan bahwa kata “Besar” itu disebut dengan “Gurang” dan kata “Kering” adalah “Garing”.
Oleh karena itu, istilah Gurang-Garing berarti Gentong Raksasa yang Kering

0 komentar:

Posting Komentar